|
Muhammad Alfiansyah |
|
Muhammad Adriansyah |
Setiap dari kita
memiliki saudara kembar. Saudara kembar dalam arti bahwa dalam diri kita
ada dua diri: yang baik dan yang jahat. Keduanya ada dalam diri kita.
Ketika kita sedang
merasa berada dalam kondisi baik maka sudara kembar kita si jahat harus
tetap kita waspadai. Sebaliknya ketika kita merasa terburuk dalam
kedosaan dan kegelapan maka jangan lupakan bahwa saudara kembar kita si
baik masih ada. Saudara
kembar haruslah selalu kita terima. Dan jangan pernah meninggalkan
saudara kembar itu. Ingat manusia dikatakan penuh ketika integrasi si
kembar berjalan dengan seimbang. Sisi buruk manusia selalu ada, bahkan
sampai mati itu tidak akan pernah lepas dari kita. Maka tidak mengakui
saudara kembar yang satu ini bukanlah perbuatan yang bijaksana.
Saudara
kembar si jahat itu mungkin bentuknya seperti raksasa [buto]. Raksasa
yang garang-penuh dengan nafsu gila. Tetapi dia tetap saudara kembar
kita. Dia tetap bagian dari kita yang harus diterima. Apabila kita
tinggalkan maka kita tidak akan menjadi diri kita yang sebenarnya. Kita
akan mengalami perpecahan kepribadian-cacat. Atau dalam bahasa
positifnya kita belum mengalami kepenuhan diri. Bagaimana
menerima saudara kembar kita itu? Awas dan waspada terhadap gerakan
saudara kembar sehingga kita tetap bisa menjaganya. Kesadaran diri
adalah hal yang sangat penting. Kesadaran diri berarti bangun. Bangun
berarti tidak tidur. Maka bangunlah sekarang. Jangan tidur. Apabila
kita bangun kita akan tahu sedang apakah kita. Amatilah apakah saat ini
kita sedang cemas? Apakah kita saat ini sedang gembira? Apakah kita
saat ini sedang marah? Amatilah! Dan sadarlah bahwa kita bukanlah
kecemasan. Kita bukanlah kegembiraan. Kita bukanlah kemarahan. Jadi
jangan biarkan kecemasan, kegembiraan dan kemarahan itu menguasai kita.
Bila kita sudah dikuasainya berarti kita tidak sadar. Kita tidur.
Apabila kita sadar kita akan mengerti benar apakah yang kita alami
sekarang. Apabila kita marah dan kita awas maka kita akan mengatakan
pada diri kita sendiri. Lihatlah aku yang sedang marah. Lihatlah detak
jantungku yang semakin cepat. Lihatlah darah yang seakan mengumpul di
tangan. Dan ketika kita sudah sadar, kita akan menguasai diri. Lantas
apakah yang harus kita buat selanjutnya, itu ada dalam penguasaan kita.
Bila kita tidak sadar maka saat marah kita akan menjadi lepas kendali.
Kita kehilangan kontrol diri. Akibatnya, mungkin kita akan memukul
orang, berteriak keras. Kunci pengendalian diri adalah awas pada diri
sendiri. Awas pada saudara kembar yang ingin bergerak.
No comments:
Post a Comment
mohon kritik dan saran nya.....>><<