Tuesday 20 November 2012

Saudara kembar

Muhammad Alfiansyah
Muhammad Adriansyah
   
Setiap dari kita memiliki saudara kembar. Saudara kembar dalam arti bahwa dalam diri kita ada dua diri: yang baik dan yang jahat. Keduanya ada dalam diri kita.

Ketika kita sedang merasa berada dalam kondisi baik maka sudara kembar kita si jahat harus tetap kita waspadai. Sebaliknya ketika kita merasa terburuk dalam kedosaan dan kegelapan maka jangan lupakan bahwa saudara kembar kita si baik masih ada. Saudara kembar haruslah selalu kita terima. Dan jangan pernah meninggalkan saudara kembar itu. Ingat manusia dikatakan penuh ketika integrasi si kembar berjalan dengan seimbang. Sisi buruk manusia selalu ada, bahkan sampai mati itu tidak akan pernah lepas dari kita. Maka tidak mengakui saudara kembar yang satu ini bukanlah perbuatan yang bijaksana. 

Saudara kembar si jahat itu mungkin bentuknya seperti raksasa [buto]. Raksasa yang garang-penuh dengan nafsu gila. Tetapi dia tetap saudara kembar kita. Dia tetap bagian dari kita yang harus diterima. Apabila kita tinggalkan maka kita tidak akan menjadi diri kita yang sebenarnya. Kita akan mengalami perpecahan kepribadian-cacat. Atau dalam bahasa positifnya kita belum mengalami kepenuhan diri. Bagaimana menerima saudara kembar kita itu? Awas dan waspada terhadap gerakan saudara kembar sehingga kita tetap bisa menjaganya. Kesadaran diri adalah hal yang sangat penting. Kesadaran diri berarti bangun. Bangun berarti tidak tidur. Maka bangunlah sekarang. Jangan tidur. Apabila kita bangun kita akan tahu sedang apakah kita. Amatilah apakah saat ini kita sedang cemas? Apakah kita saat ini sedang gembira? Apakah kita saat ini sedang marah? Amatilah! Dan sadarlah bahwa kita bukanlah kecemasan. Kita bukanlah kegembiraan. Kita bukanlah kemarahan. Jadi jangan biarkan kecemasan, kegembiraan dan kemarahan itu menguasai kita. Bila kita sudah dikuasainya berarti kita tidak sadar. Kita tidur. Apabila kita sadar kita akan mengerti benar apakah yang kita alami sekarang. Apabila kita marah dan kita awas maka kita akan mengatakan pada diri kita sendiri. Lihatlah aku yang sedang marah. Lihatlah detak jantungku yang semakin cepat. Lihatlah darah yang seakan mengumpul di tangan. Dan ketika kita sudah sadar, kita akan menguasai diri. Lantas apakah yang harus kita buat selanjutnya, itu ada dalam penguasaan kita. Bila kita tidak sadar maka saat marah kita akan menjadi lepas kendali. Kita kehilangan kontrol diri. Akibatnya, mungkin kita akan memukul orang, berteriak keras. Kunci pengendalian diri adalah awas pada diri sendiri. Awas pada saudara kembar yang ingin bergerak.

No comments:

Post a Comment

mohon kritik dan saran nya.....>><<